(Maha Pembalas Dosa)
Saudaraku…
Salah satu sifat Allah subhanahu wa ta ‘ala yang sangat indah dan penuh hikmah adalah dzun tiqom. Artinya Allah subhanahu wa ta ‘ala Maha Pembalas Dosa atau Maha Menghukum yang bersalah. Di satu pihak, Allah Maha Mengasihi, Maha Mengampuni, mau dan bisa mengampuni. Tetapi karena hikmah yang besar, Dia juga tidak bisa begitu saja mengampuni, karena terkait dengan Maha Adil-Nya yang harus menghukum seorang pendosa.
Allah subhanahu wa ta ‘ala akan membalas semua keburukan dengan seadil-adilnya. Tidak ada yang bisa menolak, membantah ataupun lolos bila Allah subhanahu wa ta ‘ala sudah menetapkan hukuman kepada manusia. Setitik dosa pasti ada pertanggung-jawabnya.
Allah subhanahu wa ta ‘ala berfirman: “Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah-pun, niscaya dia akan melihat balasannya pula.” (QS Az-Zalzalah, 8)
Ilmu Allah subhanahu wa ta ‘ala meliputi segala sesuatu, sekecil apapun itu.
(Luqman berkata:) “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (QS Luqman, 16)
Kita harus selalu waspada terhadap rayuan yang mengajak dan mempengaruhi manusia melakukan perbuatan-perbuatan dosa. Apa yang dilakukan manusia, sejak dari yang besar sampai yang sekecil-kecilnya, yang nampak dan yang tidak nampak, yang terlihat dan yang tersembunyi, baik di langit maupun di bumi, pasti diketahui Allah. Karena itu Allah pasti akan memberikan balasan yang setimpal dengan perbuatan manusia itu; perbuatan baik akan dibalasi dengan surga yang penuh kenikmatan, sedang perbuatan jahat dan dosa akan dibalas dengan neraka yang menyala-nyala. Pengetahuan Allah meliputi segala sesuatu yang tidak ada sedikitpun yang luput dari pengetahuan-Nya.
Hati-hatilah wahai saudaraku…
Jika kita sudah merasa nikmat dengan berbuat dosa baik dengan meninggalkan kewajiban atau dengan melakukan larangan-larangan yang Allah haramkan, maka sesungguhnya itu adalah tipu daya setan yang membuat keburukan menjadi indah. Sehingga kita terkurung dalam lingkaran setan tanpa berkeinginan untuk keluar. Ia adalah kenikmatan semu yang bersumber dari hawa nafsu. Nafsu yang sudah akrab dengan dosa, akan mendorong kepada keburukan (ammaratun bissu). Di saat kita berbuat dosa maka nafsu mendorong kita untuk terus menambah dan memperbanyak dosa, karena ia tidak akan pernah merasa puas, ibarat meminum air laut, semakin diminum akan semakin haus.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menggambarkan kondisi hawa nafsu manusia yang tidak pernah merasa puas dengan sabdanya, “Seandainya anak cucu Adam diberikan sebuah lembah yang berisi emas, niscaya dia akan berharap untuk mendapatkan lembah emas yang kedua , dan tidak ada yang bisa menyumpal mulutnya selain tanah kuburan (dia akan terus menjadi tamak hingga dia mati).” (HR Ibnu Majah)
Di saat nafsu kita terus berkobar, pada saat yang sama justru hati nurani kita semakin tertutupi dan merasakan kegersangan, bahkan hidup terasa sempit dan hampa. Hati nurani kita tertutupi oleh noda-noda dosa yang kelam, karena setiap satu dosa yang dilakukan ia menjadi satu titik hitam di hati kita.
Hentikanlah dosa sekarang juga! Sebab, timbangan untuk menimbang dosa pun sangat detail dan sangat tepat.
“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun.” (QS Al Anbiya, 47)
Allah subhanahu wa ta’ala menyebut Dirinya sebagai syadidul iqob (keras siksanya). Balasan-Nya bisa menimpa di dua negeri, dunia maupun akhirat.
“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS Al Baqoroh, 201)
Dikutip dari Kartu Dakwah seri ke-28 terbitan HASMI (Radio Fajri FM) Bogor.
Saudaraku…
Salah satu sifat Allah subhanahu wa ta ‘ala yang sangat indah dan penuh hikmah adalah dzun tiqom. Artinya Allah subhanahu wa ta ‘ala Maha Pembalas Dosa atau Maha Menghukum yang bersalah. Di satu pihak, Allah Maha Mengasihi, Maha Mengampuni, mau dan bisa mengampuni. Tetapi karena hikmah yang besar, Dia juga tidak bisa begitu saja mengampuni, karena terkait dengan Maha Adil-Nya yang harus menghukum seorang pendosa.
Allah subhanahu wa ta ‘ala akan membalas semua keburukan dengan seadil-adilnya. Tidak ada yang bisa menolak, membantah ataupun lolos bila Allah subhanahu wa ta ‘ala sudah menetapkan hukuman kepada manusia. Setitik dosa pasti ada pertanggung-jawabnya.
Allah subhanahu wa ta ‘ala berfirman: “Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah-pun, niscaya dia akan melihat balasannya pula.” (QS Az-Zalzalah, 8)
Ilmu Allah subhanahu wa ta ‘ala meliputi segala sesuatu, sekecil apapun itu.
(Luqman berkata:) “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (QS Luqman, 16)
Kita harus selalu waspada terhadap rayuan yang mengajak dan mempengaruhi manusia melakukan perbuatan-perbuatan dosa. Apa yang dilakukan manusia, sejak dari yang besar sampai yang sekecil-kecilnya, yang nampak dan yang tidak nampak, yang terlihat dan yang tersembunyi, baik di langit maupun di bumi, pasti diketahui Allah. Karena itu Allah pasti akan memberikan balasan yang setimpal dengan perbuatan manusia itu; perbuatan baik akan dibalasi dengan surga yang penuh kenikmatan, sedang perbuatan jahat dan dosa akan dibalas dengan neraka yang menyala-nyala. Pengetahuan Allah meliputi segala sesuatu yang tidak ada sedikitpun yang luput dari pengetahuan-Nya.
Hati-hatilah wahai saudaraku…
Jika kita sudah merasa nikmat dengan berbuat dosa baik dengan meninggalkan kewajiban atau dengan melakukan larangan-larangan yang Allah haramkan, maka sesungguhnya itu adalah tipu daya setan yang membuat keburukan menjadi indah. Sehingga kita terkurung dalam lingkaran setan tanpa berkeinginan untuk keluar. Ia adalah kenikmatan semu yang bersumber dari hawa nafsu. Nafsu yang sudah akrab dengan dosa, akan mendorong kepada keburukan (ammaratun bissu). Di saat kita berbuat dosa maka nafsu mendorong kita untuk terus menambah dan memperbanyak dosa, karena ia tidak akan pernah merasa puas, ibarat meminum air laut, semakin diminum akan semakin haus.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menggambarkan kondisi hawa nafsu manusia yang tidak pernah merasa puas dengan sabdanya, “Seandainya anak cucu Adam diberikan sebuah lembah yang berisi emas, niscaya dia akan berharap untuk mendapatkan lembah emas yang kedua , dan tidak ada yang bisa menyumpal mulutnya selain tanah kuburan (dia akan terus menjadi tamak hingga dia mati).” (HR Ibnu Majah)
Di saat nafsu kita terus berkobar, pada saat yang sama justru hati nurani kita semakin tertutupi dan merasakan kegersangan, bahkan hidup terasa sempit dan hampa. Hati nurani kita tertutupi oleh noda-noda dosa yang kelam, karena setiap satu dosa yang dilakukan ia menjadi satu titik hitam di hati kita.
Hentikanlah dosa sekarang juga! Sebab, timbangan untuk menimbang dosa pun sangat detail dan sangat tepat.
“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun.” (QS Al Anbiya, 47)
Allah subhanahu wa ta’ala menyebut Dirinya sebagai syadidul iqob (keras siksanya). Balasan-Nya bisa menimpa di dua negeri, dunia maupun akhirat.
“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS Al Baqoroh, 201)
Dikutip dari Kartu Dakwah seri ke-28 terbitan HASMI (Radio Fajri FM) Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar